Jangan terlalu dalam bahasnya.
Intinya, apakah kamu punya penyesalan karena tidak melakukan sesuatu dalam hidupmu?

Saya punya.

Tidak serius belajar berenang

Saat masih kuliah di jogja, saya diberikan hadiah uang tahun oleh anak kos. Sepasang baju renang. Ini gara-gara sering absen ikut grup anak kos berenang bareng ke kolam renang umum. memang saat itu saya tidak terlalu peduli. Namun karena sudah dapat baju renang, saya pun mendaftar kelas berenang di salah satu kolam renang umum di Yogyakarta. Tahun 2006. Biayanya Rp 75.000 untuk empat kali pertemuan.

“Ambil hari Jumat sore saja, karena ladies only“. Saran petugas saat saya mendaftar. Ide yang sangat baik.
Saat itu saya sungguh exited. Belum apa-apa sudah membayangkan akan tunjuk jago saat pulang liburan ke Manggarai. Apalagi punya rencana ke Pulau Komodo dan sekitarnya.

Mulailah kelas renang itu. Teman-teman kos terus memotivasi.
Kubawa dengan bangga baju renang dalam tas,

Pertemuan Pertama
Pada pertemuan pertama saya sudah mengantongi nomor HP Instrukturnya. Seorang Ibu. saya lupa namanya. Fisiknya di luar bayangan saya. Tubuhnya tambun. Namun karena tidak tahu apapun tentang berenang, saya tidak punya asumsi apa-apa.  Saat itu kira-kira bulan Agustus 2006, setelah beberapa bulan sebelumnya yaitu bulan Mei Jogja dilanda gempa besar.

“Ayo ganti baju renang”, kata ibunya. Beliau sudah siap dengan baju renangnya. Ada juga peserta belajar lain yang akan diasuh oleh ibu itu. Saya pun memakai baju renang. Saat itu saya termasuk sungguh kurus untuk ukuran usia. Namun siapa peduli. Perasaan cemas mulai merambat. Melihat kolam renang besar, air yang banyak. Bagaimana kalau gempa lagi? Melihat air yang banyak di kolam dan gerakan air karena ada aktivitas di kolam renang, saya tiba-tiba berpikir tentang tsunami.

“Kita mulai di kedalaman satu meter ya…, ayo turun ke kolam” ajakan ibu Instruktur. Dengan ragu saya mengikuti masuk dalam air. Dingin. Saya dipegang. Langsung megap-megap kaget. Ibunya bagus sekali. Namun saya diserang cemas. Semua instruksi instruktur seperti hanya sambil lalu. Tak bisa saya ikuti. Pertanyaan seputar asal dan kuliah di mana justru membuat saya makin tidak fokus. Pikiran saya malahan tentang si Ibu. Dia gemuk tapi bisa melayang di air. Bulu ketiaknya yang panjang melambai-lambai dalam air, seperti ubur-ubur.Badan saya yang kurus kerempeng gemetaran dan rasanya lapar. Tak berapa lama kemudian, saya minta ijin jeda dan keluar dari kolam. Saya pesan risoles dan teh hangat di kantin. Badan terbungkus handuk.

Setelahnya saya minta ijin tidak melanjutkan lagi pertemuan hari itu.

Juga tiga jatah pertemuan berikutnya. Kartu daftar dan jadwal pertemuan kosong. Hanya ada nama dan tanggal pertemuan pertama.

Sungguh sangat disayangkan. Saya menyesal kenapa saat itu saya tidak berjuang. Baju renang mendekam di lemari dan akirnya kuhibahkan pada kakak.
Kalau tidak kami pasti akan pergi berenang tiap ada waktu dan kesempatan.